Cari Blog Ini

Sabtu, 28 Mei 2011

Masyarakat jangan apatis....anda punya 1 suara untuk menentukan pemimpin terbaik....

Diperlukan suatu gerakan penyadaran politik pd masyarakat agar melek informasi...dan bisa memilih yg terbaik. Dasarnya adalah marketing beorientasi pd value atau sesuatu yg bernilai, itu bisa optimal krn konsumen punya bargaining position (posisi tawar) yg kuat...psh kan butuh konsumen u beli, nah kalau dlm politik masyarakat sadar hak dan tau nilai suaranya u/ perbaikann tatanan kehidupan politik, mau peduli u menilai dg sungguh2, tidak mau menggadaikan suaranya dg transaksi murahan, maka akan kuat juga posisi tawar masyarakat. Dibutuhkan semua komponen masyarakat u/ bergerak bersama dalam suatu cita2 luhur memilih pemimpin yg terbaik. Masyarakat harus bisa mengakses informasi yg benar dan cepat....bisa dimanfaatkan media teknologi atau anak2 muda yg jd penggerak perubahan. Mdh2an yg berkualitas dan berintegritas yg menjadi pemimpin kita kelak...yg mampu mengemban amanat politik sesungguhnya. ...menjadikan masyarakat yang madani...

Haruskan Perempuan Memilih Perempuan? Oleh :Dr. Hj. Alvi Furwanti Alwie, SE., MM

Salah satu hal yang dianggap menjadi potensi suara bagi calon pemimpin perempuan adalah komposisi pemilih yang lebih banyak perempuan. Benarkah perempuan akan selalu memilih pemimpin perempuan?, bisa ya bisa tidak.

Kapan perempuan akan memilih perempuan? Kapan perempuan memilih bukan perempuan?. Jawabannya sederhana, bukan hanya gender yang jadi dasar memilih, tetapi adalah seberapa besar nilai yang ditawarkan calon pemimpin tersebut kepada kelompok pemilih perempuan, tetapi tentu saja kita harus logis berpikir bahwa seharusnya kesamaan gender membuka peluang lebih besar untuk memahami nilai-nilai yang diinginkan oleh para pemilih perempuan kan?.

Apa itu nilai dan apa saja yang perlu diperhatikan untuk memaksimalkan nilai agar semakin besar kemungkinan perempuan tertarik untuk memilihnya?

Nilai sebagai dasar bertindak pemilih, barometer nilai ada didalam diri setiap orang. Pembentukan nilai didasarkan pada hal-hal yang bersifat internal seperti motivasi, pandangan hidup dan lainnya. Serta hal-hal yang bersifat eksternal misalnya informasi tentang kesetaraan gender, keperpihakan politik terhadap perempuan, keadaan perempuan dalam kehidupan bernegara dan lainnya yang berorientasi pada hal yang terjadi diluar diri pemilih perempuan tersebut, dan dikumpulkan sebagai informasi yang membentuk persepsi nilai dalam kelompoknya.
Misalnya, ketika perempuan sebagian besar masih sangat rendah pendidikannya dan kemampuan ekonominya disuatu daerah. Pemilih perempuan bisa saja berada diluar kelompok perempuan dengan pendidikan rendah maupun kemampuan ekonomi rendah atau bagian dari kelompok tersebut. Pemilih perempuan akan memiliki standar nilai yang relatif sama untuk isu-isu yang berhubungan dengan kondisi ini, untuk kelompok perempuan yang rendah pendidikan dan kemampuan ekonominya membutuhkan seseorang yang bisa menawarkan "solusi langsung" dan untuk perempuan yang tidak langsung menjadi kelompok tersebut akan membutuhkan seseorang yang "memiliki kepekaan terhadap pemberdayaan kaum perempuan". Siapa yang bisa menjadi ikon nilai ini? Seseorang yang bisa memperlihatkan dirinya sebagai pembawa dan pejuang nilai tersebut tentunya. Silakan pahami nilai-nilai lainnya yang harus terpenuhi.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan selain nilai adalah apa saja yang bisa membuat nilai-nilai tersebut dipersepsikan positif sehingga bisa meningkatkan kecenderungan perempuan untuk memilih atau untuk mendapat suara kelompok perempuan yaitu: "peran media", "aksi-reaksi terhadap isu dan peristiwa terkini" dan "momentum" serta "pesaing yang dihadapi". Pahamilah dengan benar dan tepat hal-hal tersebut sehingga semakin menaikkan nilai positif calon yang ingin memenangkan suara perempuan.

Peran media: media adalah kekuatan yang bisa mempenetrasi persepsi nilai. Gunakan dan kelola media dengan cerdas, sehingga bisa menyampaikan dengan tepat dan jelas kualitas nilai yang ditawarkan.
Aksi-reaksi terhadap peristiwa terkini: pahami komunikasi krisis untuk mengelola jargon dan isu politik dengan efektif.
Momentum: lihat momentum yang tepat, momentum melekat pada personal kandidat dan kondisi bermasyarakat secara umum. Kandidat yang bagus, tapi isu haus kekuasaan menjadi fokus masyarakat akan menjadi bumerang dan blumer politik yang bisa dimanfaatkan pesaing dalam menciptakan persepsi negatif.
Para pesaing politik: pesaing dalam perspektif ini bisa merupakan pesaing langsung dalam suatu pemilu yaitu kandidat lawan ataupun secara tidak langsung, yaitu kelompok-kelompok yang peduli terhadap nilai yang diinginkan tersebut, misalnya LSM, aktivis perempuan, atau program-program pemerintah. Semua harus dinilai dalam peluang kompetitif atau sinergis.

Penutup: perspektif pemasaran politik sebenarnya mengedepankan manfaat yang maksimal dari kebutuhan masyarakat atau pemilih. Pemahaman terhadap nilai-nilai manfaat akan diapresiasi sebelum dan setelah transaksi politik serta membentuk feedback dan berakhir pada akumulasi brandvalue bagi pelaku politik.